ACCESSORIES SEBAGAI ELEMEN ESTETIS PENDUKUNG DALAM PENATAAN INTERIOR

ACCESSORIES SEBAGAI ELEMEN ESTETIS PENDUKUNG DALAM PENATAAN INTERIOR

Pada saat kita berada pada sebuah ruang-ruang publik, mungkin tidak begitu terasa adanya sentuhan yang bersifat sangat personal pada penataan interiornya. Lain halnya bila kita berada di rumah, kantor, atau ruang-ruang yang dipergunakan oleh suatu pribadi, keluarga, kelompok atau suatu badan / instansi tertentu. Di sana kita bisa merasakan hal-hal yang mewakili dan menjiwai citra pemakainya. Bahkan hal-hal tersebut kadang sengaja diusahakan diciptakan untuk menonjolkan image / citra yang baik dan sesuai dengan latar belakang pemakai. Banyak hal dan faktor pendukung yang dapat menciptakan image atau rasa yang ingin dihadirkan dalam sebuah penataan sebuah ruang. Salah satunya adalah faktor elemen estetis sebagai sentuhan yang diperuntukan guna memberi warna dan nuansa yang ingin dicapai oleh perancangnya dan diinginkan oleh pemakai atau pemiliknya. Elemen estetis ini bisa berupa hal-hal yang bersifat pribadi ataupun universal baik berupa permainan warna, motif, maupun ukiran atau relief. Unsur-unsur tersebut di atas bisa terdapat pada fisik ruangan, komponen interior maupun pada accessories yang diletakan fungsinya sebagai elemen estetis pendukung dalam penataan interior.
Umumnya accessories yang dipergunakan memiliki unsur seni yang disesuaikan dengan selera dan pribadi pemiliknya. Tapi dalam pemilihan accessories dan peletakannya perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan beberapa hal yang bisa memaksimalkan tujuan peletakan accessories tadi supaya tepat pada sasaran yang dituju. Jangan sampai terjadi hal-hal kebalikannya yang justru membuat janggal interior yang sudah di tata sedemikian rupa. Accessories pada umumnya adalah salah satu unsur yang paling terakhir dipikirkan, dan umumnya pula hal ini lebih banyak sang pemiliki yang lebih berperan. Desainer interior dapat pula memberikan masukan dan pertimbangan ahli dalam pemilihan dan peletakannya dalam sebuah ruangan.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan kita dalam memilih accessories antara lain adalah tema, gaya, warna, ukuran, dan jumlah. Tema adalah hal utama yang sangat menentukan pantas atau tidaknya unsur tersebut dipadukan dalam sebuah penataan interior. Memang tidak selalu harus memilih tema yang sama dengan interior, tetapi tepatnya memilih tema yang sesuai dengan interior. Sebagai contoh, sering kita jumpai dalam sebuah penataan interior modern bergaya minimalis dimasukan unsur ethnic pada accesoriesnya yang berupa vas bunga, pigura, dan sebagainya.

Gaya adalah unsur yang lebih spesifik daripada tema. Seperti tema tradisional bisa bergaya Jawa, Toraja, Minang, dan lain-lain. Atau pada tema klasik, kita bisa mengambil gaya Rococo, Baroque, Renaissance, dan sebagainya. Jadi memilih gaya juga sangat penting halnya, terutama pada ruang-ruang yang bertema klasik dan tradisional. Karena kedua gaya tersebut biasanya lebih memiliki filosofi yang lebih mendalam. Jangan sampai terjadi, kita menentukan sebuah ukiran yang ternyata bergaya Jawa pada interior tradisional bergaya Bali. Atau sekedar melihat gaya klasik, kemudian kita meletakan lukisan dari zaman yang berbeda dengan gaya klasik yang ada. Hal itu bisa sangat mengganggu dan merusak perancangan interior yang sudah ada.
Sebuah wujud kesatuan dalam desain tidaklah lepas dari warna, selain bentuk, tema dan gaya, warna dapat menyatukan beberapa unsur yang berbeda ke dalam satu perancangan. Untuk hal ini kita bisa meminta pertolongan desainer ataupun orang-orang yang ahli yang berkecimpung dalam dunia seni rupa. Selain itu dapat pula kita mendapatkan panduan memilih kombinasi warna yang tepat melalui buku-buku “color guide”, yang umum di jual di pasaran. Atau apabila kita memiliki warna-warna favorite yang sedikit mencolok, bisa juga kita menampilkannya sebagai aksen yang tentu bisa diatur komposisi dan intensitas warnanya supaya tidak terlalu mendominasi pada keseluruhan bidang. Pada beberapa gaya atau tema, ada yang sangat tidak menggunakan banyak komposisi warna yang beraneka ragam. Hal ini juga sangat perlu dicermati supaya tidak merubah tujuan yang ingin dicapai dalam suatu perancangan.
Accessories tidaklah harus berukuran besar, semua harus disesuaikan dengan ukuran ruang dan ukuran komponen interior yang dipergunakan dalam peletakan accessories tersebut, seperti meja, rak, lemari, nakash, credenza, console, dan sebagainya. Karena fungsinya sebagai elemen estetis, tentulah pasti porsi ukurannya tidak dibuat dominan. Terkecuali pada hal-hal tertentu accessories tersebut bisa dibuat dan dipilih berukuran besar, antara lain pada ruangan yang berukuran besar, juga apabila accessories tersebut merupakan icon atau sebagai symbol yang sengaja ingin ditonjolkan.
Selain ukuran, accessories yang diletakkan dalam sebuah ruangan perlu dipertimbangkan dalam hal jumlahnya. Apakah perlu diletakkan accessories yang sama dalam satu ruang, kalaupun ya sampai seberapa banyak jumlahnya. Juga pertimbangkan pula berapa jenis dan berapa item yang sekiranya masih pantas dan layak untuk diletakkan. Jangan sampai kita terpancing secara emosi karena kebetulan accessories tersebut sangat kita suka, sedang trend, ataupun demi sebuah idealis. Terkecuali apabila peletakan accessories tersebut bukan sebagai elemen estetis pendukung perancangan interior. Misalkan fungsinya sebagi benda koleksi, atau piala-piala dan piagam-piagam serta cinderamata acara-acara serta perjalanan-perjalanan penting yang pernah kita ikuti sebagai kenangan dan kebanggaan pribadi. Hal inipun sebaiknya dibuat ruang khusus yang tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan fungsi ruang-ruang lainnya.

Ukuran dan jumlah selain merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemililihan, ini juga merupakan faktor yang menentukan dalam peletakan accessories tersebut. Seperti yang dibicarakan di atas, komposisi jumlah dan ukuran secara umum menjadi pertimbangan yang perlu menjadi perhatian. Secara khusus hal-hal yang perlu diperhatikan adalah fungsi, apakah accessories tersebut hanya murni sebagai elemen estetis yang bersifat benda pajang. Atau bahkan accessories tersebut dapat dipergunakan dan berfungsi sesuai dengan peletakannya. Seperti asbak yang diletakkan di atas meja, biasanya memang sengaja difungsikan sebagai tempat menampung abu rokok. Lain halnya apabila diletakan di dalam lemari pajang tertutup kaca yang hanya bisa dilihat dan dinikmati sebagi benda pajang.
Terakhir yang menjadi pertimbangan adalah unsur rasa dan selera. Hal ini tidak ada acuan teori dan teknik yang secara pasti, tetapi apabila kita merasa tidak begitu yakin dengan masalah selera kita, atau bahkan kita sendiri bingung dalam menentukan masalah rasa, kita dapat meminta pertimbangan rekan-rekan yang berprofesi sebagai seniman atau designer. Atau bisa juga kita mendapat masukan dari beberapa orang yang kita kenal memiliki selera dan rasa yang sesuai dan cocok dengan selera kita.

Andreas Laratsemi, M.Sn, HDII